Foto : Ilustrasi.
JAKARTA - Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 12 poin di level Rp14.615 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.602 per USD. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah di rentang Rp14.600 hingga Rp14.635 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, pergerakan mata uang dipengaruhi oleh rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terkait neraca dagang dalam negeri surplus sebesar USD 1,57 miliar secara bulanan (month to month/mtm) pada Maret 2021 kemarin.
"Realisasi itu lebih rendah dari surplus USD 2 miliar pada Februari 2021, tapi masih lebih tinggi dari surplus USD743 juta pada Maret 2020," ujar Ibrahim, Jakarta, Kamis (15/4).
Secara total, akumulasi surplus neraca dagang Indonesia mencapai USD5,52 miliar pada Januari-Maret 2021. Nilainya lebih tinggi dari surplus USD 2,62 miliar pada Januari-Maret 2020. Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai USD18,35 miliar pada Maret 2021 atau naik 20,31 persen dari USD15,27 miliar pada Februari 2021.
Sedangkan nilai impor mencapai USD16,79 miliar. Nilainya naik 26,55 persen dari USD13,26 miliar pada bulan sebelumnya. Secara tahunan nilai impor juga naik 25,73 persen dari USD13,35 miliar pada Maret 2020. Secara total, impor Januari-Maret 2021 mencapai USD43,38 miliar atau naik 10,76 persen dari USD39,17 miliar pada Januari-Maret 2020.
Pemulihan ekonomi AS dari Covid-19 dipercepat hingga musim semi berkat meningkatnya sentimen konsumen. Negara itu diklaim berada dijalur untuk pertumbuhan dan perekrutan yang lebih cepat dalam beberapa bulan mendatang.
Selain itu, bank sentral AS akan mengurangi pembelian obligasi bulanannya sebelum berkomitmen untuk menaikkan suku bunga, sebuah skenario yang oleh banyak investor dianggap sudah pasti.
Sementara itu, di seberang Atlantik, ekonomi zona euro sekarang mengandalkan 'dua kruk' stimulus moneter dan fiskal, yang tidak dapat dihilangkan sampai ekonomi pulih sepenuhnya.
Mengenai vaksin Covid-19, panel imunisasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS meminta lebih banyak data sebelum menentukan apakah akan melanjutkan penggunaan vaksin Johnson & Johnson.
Sebuah tinjauan pada hari Rabu untuk meninjau enam kasus pembekuan darah langka pada wanita yang menerima vaksin berakhir tanpa pemungutan suara dan pada dasarnya memperpanjang penghentian penggunaan vaksin. Food and Drug Administration (FDA) akan meninjau analisis CDC setelah dirilis dan menentukan langkah selanjutnya.